Finishing Buruk Jadi Penyebab Kekalahan Timnas Indonesia U-23 dari Mali 0-3

Rafael Struick
Pemain Timnas Indonesia U-23 Rafael Struick gagal memanfaatkan peluang di kotak penalti Mali selama laga uji coba.
0 Komentar

RAKYATPANTURA.COM – Timnas Indonesia U-23 harus menelan kekalahan 0-3 dari Mali U-23 pada laga uji coba di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Sabtu (15/11) malam.

Namun, skor besar tersebut bukan semata hasil dominasi Mali, melainkan cerminan nyata dari persoalan klasik Garuda Muda: penyelesaian akhir yang buruk.

Sepanjang pertandingan, skuad asuhan Indra Sjafri bukan tanpa peluang. Kombinasi serangan dari lini tengah hingga pemanfaatan ruang melalui Mauro Zijlstra, Rafael Struick, hingga Rahmat Arjuna beberapa kali menembus kotak penalti Mali.

Baca Juga:Dua Gol Adam Alis Selamatkan Persib dari Kekalahan, Maung Bandung Comeback Kalahkan Selangor FC 3-2Andrew Jung Jadi Penentu Kemenangan Persib Bandung atas Bali United 1-0

Sayangnya, momen krusial selalu berakhir dengan penyelesaian yang tidak tuntas, baik karena keputusan yang terlambat, akurasi tembakan yang buruk, maupun lemahnya kualitas finishing.

Pada babak pertama, Indonesia memiliki beberapa kesempatan emas yang seharusnya bisa mengubah jalannya pertandingan.

Namun alih-alih menyamakan kedudukan, kegagalan mengeksekusi peluang justru membuat tekanan mental semakin besar ketika Mali mencuri gol pertama lewat sundulan Sekou Doucoure di menit kelima dari situasi sepak pojok.

Situasi semakin berat setelah Wilson Samake menggandakan keunggulan Mali pada menit ke-35 melalui solo run cepat.

Gol tersebut memperlihatkan perbedaan kualitas penyelesaian antara kedua tim, Mali memaksimalkan peluang sekecil apapun, sementara Indonesia menyia-nyiakan peluang yang lebih matang.

Perubahan strategi dan pergantian pemain di awal babak kedua membuat Indonesia tampil jauh lebih agresif.

Serangan demi serangan mengalir, bahkan peluang terbaik muncul dari tendangan bebas Doni Tri pada menit ke-55. Tetapi tendangan tersebut melambung tinggi dan kembali menjadi contoh konkret lemahnya finishing.

Baca Juga:Fakta Sumber Air Aqua di Subang: Dedi Mulyadi Ungkap Airnya Bukan dari PegununganPersib Bandung vs Selangor FC: Maung Bandung Menang 2-0 dan Puncaki Grup G ACL Two 2025

Di sisi lain, Mali memanfaatkan setiap celah dengan efisien. Saat Indonesia membuang peluang, Mali justru mencetak gol ketiga pada masa injury time.

Gol dicetak melalui Maoulaye Haidara, memanfaatkan kesalahan lini belakang dalam menghalau bola.

Dominasi penguasaan bola dan intensitas serangan Indonesia di babak kedua tidak berarti apa-apa karena tanpa gol, penguasaan hanyalah statistik.

Kekalahan ini kembali menegaskan masalah yang sudah sering muncul di berbagai level timnas: ketidaktegasan di depan gawang. Ada tiga persoalan yang terlihat jelas di pertandingan ini:

Tidak ada striker yang benar-benar klinis dalam memaksimalkan peluang. Keputusan final di area kotak penalti sering terlambat atau salah arah. Eksekusi bola mati kurang efektif, meski memiliki eksekutor teknis.

0 Komentar